TULISAN DI ATAS PASIR
Oleh Andrie Wongso
Di pesisir
sebuah pantai, tampak dua anak sedang berlari-larian, bercanda dan bermain
dengan riang gembira. Tiba-tiba, terdengar pertengkaran sengit di antara
mereka. Salah seorang anak yang bertubuh lebih besar memukul temannya. Anak
yang dipukul seketika diam terpaku. Lalu, dengan mata berkaca-kaca dan raut
muka marah menahan sakit, tanpa berbicara sepatah katapun, dia menulis dengan
sebatang tongkat di atas pasir: "Hari ini temanku telah memukul aku!
Teman yang
lebih besar merasa tidak enak. Ia tersipu malu tetapi tidak pula berkata
apa-apa. Setelah berdiam-diaman beberapa saat.. ya dasar-anak-anak, mereka
segera kembali bermain bersama. Saat lari berkejaran, karena kurang hati-hati
anak yang dipukul tadi terjerumus ke dalam sebuah lubang (perangkap hewan).
"Aduh!
Tolong....Tolong!!" ia berteriak kaget minta bantuan. Temannya segera
menengok ke dalam lubang dan berseru, "Kamu terluka? Jangan takut, tunggu
sebentar, ya! Aku akan segera mencari tali untuk menolongmu".
Bergegas anak itu berlari mencari tali. Saat dia kembali,
dia berteriak lagi menenangkan sambil mengikatkan tali ke sebatang pohon.
"Aku sudah datang! Talinya akan kuikat ke pohon, sisanya akan kulemparkan
ke kamu, tangkap dan ikatkan di pinggangmu, pegang erat-erat, aku akan
menarikmu keluar dari lubang."
Dengan susah payah, akhirnya teman kecil itu pun berhasil
dikeluarkan dari lubang dengan selamat. Dengan mata berkaca-kaca, dia berkata,
"Terima kasih, sobat!" Kemudian, dia bergegas berlari mencari sebuah
batu karang dan berusaha menulis di atas batu itu, "Hari ini, temanku
telah menyelamatkan aku."
Temannya yang diam-diam mengikuti dari belakang bertanya
keheranan, "Mengapa setelah aku memukulmu, kamu menulis di atas pasir dan
setelah aku menyelamatkanmu, kamu menulis di atas batu?"
Anak yang dipukul itu menjawab sabar, "Setelah kamu
memukul, aku menulis di atas pasir karena kemarahanku terhadap perbuatan buruk
yang kamu perbuat, ingin segera aku hapus, seperti tulisan di atas pasir yang
akan segera terhapus bersama tiupan angin dan sapuan ombak.
Tapi ketika kamu menyelamatkan aku, aku menulis di atas batu
karena perbuatan baikmu itu pantas dikenang dan akan terpatri selamanya di
dalam hatiku. Sekali lagi, terima kasih."
Pembaca yang
budiman,
Hidup dengan
memikul beban kebencian, kemarahan dan dendam, sungguh melelahkan. Apalagi bila
orang yang kita benci itu tidak sengaja melakukan bahkan mungkin tidak pernah
tahu bahwa dia telah menyakiti hati kita.. Sungguh ketidakbahagiaan yang
sia-sia.
Memang benar:
bila setiap kesalahan orang kepada kita dituliskan di atas pasir (bahkan di
udara) maka akan segera berlalu bersama tiupan angin, sehingga kita tidak perlu
kehilangan setiap kesempatan untuk berbahagia. Sebaliknya: tidak melupakan
orang yang pernah menolong kita, seperti tulisan yang terukir di batu karang.
Yang tidak akan pernah hilang untuk kita kenang selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar